Rabu, 14 Agustus 2013

"AWAYDAYS"

Bagi orang normal mungkin akan bertanya "Apa sih enaknya ikut tour dukung tim kaya gitu?? huuh buang-buang duit aja.."
yapss.. sebagian besar orang Normal akan berkata demikian.. tapi pernahkah kalian mengajaknya?
haha..
mungkin mereka gak mau kali ya? tapi pernah aku ngajak orang yang bicara kaya gitu, dan apa reaksinya setelah ikut?
"wah ternyata ada rasa tersendiri ketika mengikuti AWAYDAY (tour tandang), antara Nyali dan Kebanggaan yah..?"
dan sejak saat itu dia selalu minta untuk diajak ketika akan ada tour luar kota.
:D
dan memang itu yang aku rasakan ketika Tour Luar Kandang.. dan aku akan selalu merindukan rasa itu kembali lagi.. :)
Away Day, istilah era 80an awal ketika sekelompok Supporter Inggris melakukan tour luar kandang guna mendukung timnya. Istilah ini di tujukan bagi sekelompok supporter Hooligans Inggris yang gemar bertualang mendukung timnya walaupun dengan segudang masalah yang bakal menghadangnya. Namun inilah yang mereka pertaruhkan para supporter Hooligans, NYALI dan LOYALITAS mereka seolah menjadi pertaruhannya. Di masa itu mereka selalu mengacau dan berkelakuan brutal ketika melakukan awayday ke sejumlah kota. Sempat membaca artikel Awayday yang berisi, "Dalam perekrutan anggota Hooligans era 80an selalu diuji NYALI dan Tingkat keberanian calon Hooligans untuk melakukan sebuah keonaran di kota." 
Jadi bagi mereka yang memiliki kriteria tersebut dan mampu membuat beberapa kekacauan di kota, maka dia pantas masuk menjadi anggota Hooligans di suatu kelompok, namun sebaliknya jika ia tak mampu.. ya maka tak akan bisa hingga orang tersebut sanggup melakukan kekacauan dengan brutal.
namun itu dulu, kini Hooligans tak separah dulu, ya walaupun masih sering ribut tapi menurutku sih mad, itu bagaikan sebuah kenangan yang tak terlupakan.. Karena Euforia bersama mereka dan bisa tampil di kandang orang itu udah sesuatu yang tak tergantikan bagi seorang supporter. Bagi Ultras sendiri AWAYDAY adalah ajang pembuktian siapakah jatidiri Ultra-nya . Apakah ia termasuk ANAK MANIS atau ANAK SINGA yang berani. Ya kurang lebih gitu sebutan bagi seorang di Luar negeri sana ketika ia memutuskan menjadi seorang supporter Ultra. Sebutan Anak Manis itu biasanya ditujukan bagi mereka yang hanya menonton laga dikandang saja, karena bagi Ultras mereka akan nampak seperti anak manis yang dikhawatirkan oleh orangtuanya ketika mendukung timnya, berbeda lagi ketika ia Awayday, sebutan ANAK SINGA ditujukan karena seringnya supporter yang pergi keluar kota untuk mendukung tim berprilaku LIAR dan GANAS tapi ini masih dalam kode etik yah. Kode etik yang dimaksud itu adalah masih dalam aturan, mereka tidak akan Liar dan Ganas bila tak di ganggu atau di usik. ya seperti ANAK SINGA persis...
Kadang tak semuanya Laga tour mereka berakhir dengan Kontak fisik atau permusuhan, banyak dari kelompok-kelompok Ultras atau Hooligans yang malah bersaudara baik setelah melakukan Awayday ke luar kota atau bahkan luar negeri. Disisi lain memang kebiasaan RIBUT yang selalu tercipta saat ada Awayday itu sendiri. Tapi itulah fenomena mad, diluar negeri saya sangat salut, karena mereka masih menjunjung RIVALITAS BERETIKA , tapi di negeri ini?? haha.. no comment lah.. biar kalian yang menyimpulkan sendiri.. :D
Liberta Per Gli Ultras.!!

"PYROSHOW ULTRAS IN INDONESIA"





















Apa Itu ACAB??

All Cops Are Bastard !!! Mungkin kalian yang masih asing dengan singkatan A.C.A.B. All Cops Are Bastard itulah kepanjangannya, hmm nampaknya dari kata tersebut mungkin langsung pada mengerti apa artinya secara hirarki kata “SEMUA POLISI ADALAH BAJINGAN !!!”, thats right dude… mengapa demikian?? Berasal dari setidaknya tahun 1940-an, dan digunakan sebagai slogan selama mogok para penambang Inggris, ACAB adalah singkatan sering diintegrasikan ke dalam penjara di Inggris, hal ini paling sering diberikan dengan satu huruf antara buku jari dan sendi pertama setiap jari, alternatif kadang terlihat sebagai titik kecil di seluruh buku jari simbolis masing-masing.
Sebenarnya ada beberapa versi kelompok yang mengamalkan A.C.A.B dalam suatu pergerakan mereka. Pada umumnya kelompok ini adalah kelompok dengan ras extrimis kiri, dimana ras ini menolak keras akan suatu ketidak adilan yang didapatkan dari Cops atau polisi. Kelompok extrimis itu salah satunya kelompok Ultras. Ultras adalah kelompok suporter anti terhadap polisi, alasan mereka menolak keras terhadap polisi adalah para polisi yang selalu mengacau dimana cita-cita ultras yang bertolak belakang dengan polisi. Para polisi biasanya menggunakan/atas nama keamanan mereka semena-mena terhadap kelompok yang memperjuangkan hak dan cita-cita mereka. Pasalnya jika terjadi insiden kecil saja, mereka memperbesar sutau insiden yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin, mereka mencammpuri, memprovokasi dan berpura-pura menangani situasi dimana hati mereka bersungguh-sungguh menghakimi dengan keji.
Dalam politik modern, baik neo-Nazi Skinhead dan sayap kiri / anarkis bajingan menggunakan “ACAB” sebagai slogan. Pada 7 Januari 2011, tiga penggemar sepakbola Ajax didenda karena memakai t-shirt dengan angka 1312 dicetak pada mereka. 1312 singkatan ACAB. Salah satu fenomena yang dekat dengan A.C.A.B adalah seluruh kelompok ultras di Italia menolak keadaan posisi polisi di dekat mereka di saat pertandingan sepakbola. Para ultras yang mempunyai basis tempat tersendiri (biasanya berposisi di belakang gawang, baik utara maupun selatan) melarang keras polisi mendekat, jika mereka mendekat sejengkal, perlawanan akan membrutal nyawa pun harus jadi tumbal. Terbukti pada kerusuhan di genoa 1 polisi mati akibat para ultras yang membrutal akibat tingkah polisi yang frontal.
Postingan ini saya terinspirasi dari seoranag yang sangat saya kagumi dimana kekaguman saya terhadapnya melebihi kekaguman terhadap presiden yang sangat menyebalkan yang lebih menyebalkan dari koneksi saya yang menurun secara ekspektasi, dimana dia menulis tentang police, dimana dia mengungkapkan kekesalanya dengan sedikit tulisan yang lugas, mengiris, dan extrimis !!!!, saya mulai terinspirasi dengan pemikirannya yang saya terapkan dalam jalan klompok ultras, karena saya sendiri seorang ultras. Dan slogan ALL COPS ARE BASTARD !!!! slalu melekat dalam diri

"SEJARAH ULTRAS"

Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian 'di luar kebiasaan'. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.


“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.


Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.


Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung ‘teatrikal’ yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Prancis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark ‘Roligans’, beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia ‘Tartan Army’


Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.


Dalam tradisi calcio, ultras adalah “baron” dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.


Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d’Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.


Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil “melestarikan” paham-paham tua seperti facism, dankomunism socialism


Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu “mengatur” pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan “berbudaya”. Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dariultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun paratifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.


Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagu–lagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!


Bentrok dengan polisi menjadi salah satu tabiat asli ultras. Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). Sebulan sebelum Sandri terbunuh, muncul klaim dari pihak polisi yang menyatakan bahwa tak kurang dari 268 kelompok ultra dengan aspirasi politik, semuanya memiliki semangat kebencian pada polisi. Selain itu, masih menurut polisi, mayoritas kelompok tersebut berhubungan dengan gerakan ekstrim kanan yang fasis.


Tak hanya polisi, manajemen klub, staff pelatih dan bahkan pemain juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari ultras. Beberapa kelompok Ultras dalam menjamin dukungannya (terutama dalam pertandingan tandang), memaksa klub untuk memberi jatah tiket gratis, keuntungan perjalanan, dan bahkan hak atas merchandise. Ketegangan dengan pihak klub kerap berujung boikot dukungan pertandingan di kandang.


Namun sebenarnya ultras tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan dibandingkan dengan Hools (FIRM) di inggris. Karena sebenarnya ultras menjauhi yang namanya keributan. (walaupun ada yg suka nyari masalah).Dan tidak semua kelompok ultras berafiliasi politik. memang ada yang kanan, kiri, merah, dsb...Tapi yang tidak bermain politik juga ada.


Pelatih atau manajer yang mundur (bukan karena dipecat manajemen klub) biasanya adalah produk dari tekanan ultras. Dari pihak pemain, Christian “Bobo” Vieri pernah mengalami teror fisik dari ultrasInter, termasuk dirusaknya salah satu properti bisnisnya, karena dianggap berkurang kadar loyalitasnya pada tim.


Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti halnya kualitas Lega Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola, seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia, maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi suporter-suporter negara lain, termasuk kelompok suporter di Indonesia.

Selasa, 13 Agustus 2013

"FOOTBALL IS MY RELIGON"

hay aku datang lagi menyapa kalian :) ,nih aku mau ngepost tentang FOOTBALL IS MY RELIGION, disimak yes mates??? :)

Football is My Religion,  tau gak maksud ini?
Seperti yang sudah kita tau, Sepakbola adalah sebuah Olahraga yang paling tinggi menyedot animo penonton ataupun massa. Dari sinilah muncul kelompok kelompok yang dinamakan supporter yang memiliki sifat tidak seperti manusia normal pada umumnya. Dalam dunia supporter manusia diajarkan tentang Loyalitas, Totalitas, Kebersamaan, dan Berbagi dengan sesamanya. Di dunia ini pula manusia kerap mendapatkan pelajaran penting yang mungkin mereka tidak mendapatkannya diluar dunia ini (supporter.red). 

Supporter diluar negeri sana, mereka menemukan banyak sisi "Spiritual" dalam menjalani kehidupan dari semangat yang ada dalam permainan sepakbola. Mereka banyak mendapat pelajaran berharga atau pedoman hidup yang baik tentang bagaimana jangan mudah menyerah dan agar selalu semangat dalam menjalani hidup. Mereka seperti merasa nyaman dengan dunia Sepakbola dan filosofi yang mereka dapat dari itu semua, dan seolah-olah pendidikan Agama dan Sekolah telah gagal dalam membentuk sisi spiritual mereka. Menurut mereka Dogma agama dan sekolah tak mampu menjamin kenyamanan hidup di dunia ini. Sebagai Contoh: Kita sering mendapatkan teori tentang Saling membantu, kebersamaan, dan lainnya dari pendidikan sekolah tapi apakah kita langsung mengerti penerapaanya seperti apa? bagaimana rasanya? dan itu semua mereka dapatkan dari dunia ini dunia supporter yang jauh lebih membuat mereka nyaman dan lebih menikmati pelajaran hidup itu semua.

Oiya, yang perlu diketahui Kultur agama di luar sana adalah Sekuler, yang lebih Bebas dan ini berbeda dengan Kultur negeri kita ini loh INDONESIA. Karena Hal itulah banyak supporter menganggap "FOOTBALL IS MY RELIGION" yang sebenernya *menurut saya* itu hanyalah ungkapan atau anggapan mereka atas sisi pelajaran hidup yang mereka dapat.
nah, sekarang ngerti kan kenapa paham FOOTBALL IS MY RELIGION itu ada.. Gak masalah si kita menganggap itu, Kita ambil sisi positive nya aja dan buang sisi jeleknya. Sesuaikan dengan Kultur kita yaitu kultur KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mau bagaimanapun Agama itu ya yang kita yakini Saat ini yang benar benar memiliki Tuhan yang menciptakan dunia ini. Tapi dari topik diatas Kita bisa mengambil sisi baiknya, tentang Semangat Hidup, Loyalitas, Totalitas, Kebersamaan, dan Berbagi dengan sesama. 

Sekian dulu ya mad, Sampai ketemu di Postingan berikutnya.. Keep Blogging and Enjoy it.
#AVANTI ULTRAS!! ( ^,^)9

"CANT STOP ULTRAS"

Mendadak teringat ucapan temanku, “Tak ada yang mampu membubarkan ULTRAS, karena JIWA Tak akan pernah MATI..” 

Sebuah Ucapan yang menjadi cambuk bagiku untuk terus tetap berdiri di jalan ini. Pertandingan lalu PERSIK vs PPSM mungkin satu-satunya moment kami tampil hanya beratribut spanduk,kaos dan shall,
 Aku banyak belajar dari laga PERSIK lalu itu, laga yang banyak mengajarkanku arti sebuah keyakinan, dan dari moment – moment itulah kami tumbuh. Dari moment-moment itulah kami belajar arti sebuah perjuangan mendapatkan sebuah kebebasan, dan dari situlah kami belajar arti sebuah kekompakan. Kami yakin kami mampu untuk melewati itu.

Tak ada satupun Giant Flag, dan Drum hanya ada beberapa Spanduk saja ,bukan berarti kami hanya diam sebagai penonton. Kami masih punya mulut dan tangan untuk mendukung tim kebanggaan kami. Mulut kami masih mampu tuk berteriak lantang lebih keras dibandingkan Megaphone, dan tangan kami masih bisa tuk bertepuk mengiringi menggantikan satu set drum itu. Semangat.. ya hanya semangat yang kami butuhkan dari setiap individu di tribun kami. Karena hanya dari semangat itulah kami dapat melakukan itu, melakukan sebuah kebebasan yang kami inginkan.
Atribut bukanlah sebuah keharusan bagi seorang ultras karena ultras adalah sebuah semangat untuk sebuah kebebasan. Tak ada yang mampu menghalangi ultras, tak ada yang mampu menghentikan atau membubarkan ultras. Karena ultras adalah JIWA.. dan tak ada satupun manusia yang mampu membeli atau membunuh jiwa-jiwa itu..
Kami bukanlah kelompok pemberontak, kami hanya ingin kebebasan untuk dapat mendukung tim kebanggan kami dengan cara kami. Itu saja..

Ayo kawan, kalian tak sendiri.. Tunjukan semangat kalian untuk mendapatkan sebuah kebebasan. Karena JIWA ini bukan untuk tunduk kepada sebuah ke egoisan sikap.
Come on ULTRAS..

LIBERTA PER GLI ULTRAS!!